Rabu, 25 Mei 2011

Moody's Kaji Turunkan Rating 14 Bank di Inggris

LONDON - Moody's Investors Service tengah meninjau rating 14 bank di Inggris termasuk Lloyds TSB Bank dan Royal Bank of Scotland akan adanya kemungkinan downgrade karena dukungan pemerintah kurang dalam kasus bailout.

Moody's mengatakan review tersebut di antaranya akan meninjau kembali tingkat dukungan sistemik peringkat lembaga keuangan Inggris dalam rangka menyelaraskan peringkat mereka dengan perubahan. Hal ini dilakukan untuk mendukung pemerintah di mana perbankan Inggris telah pulih dari krisis keuangan global.

"Penilaian ulang ini tidak didorong oleh penurunan dalam kekuatan keuangan dari sistem perbankan atau dari pemerintah," kata seorang Senior Credit Officer Moody's Elisabeth Rudman, dilansir dari AFP, Rabu (25/5/2011).

Dia menambahkan bila penilaian ini telah dimulai sebagai tanggapan terhadap bimbingan yang berkelanjutan dari pemerintah Inggris (Bank of England, Otoritas Jasa Keuangan dan Treasury) bahwa bank-bank yang gagal di masa depan seharusnya tidak mengharapkan suntikan modal dari dana publik.

Namun, lembaga pemeringkat ini mengatakan berharap bisa mempertahankan pengangkatan dukungan sistemik tingkat tinggi di peringkat utang senior bank-bank besar Inggris, karena percaya bahwa regulator saat ini tidak memiliki semua alat yang diperlukan untuk menyelesaikan institusi tersebut tanpa menyebabkan ketidakstabilan keuangan.

Adapun bank-bank yang peringkatnya ditelaah menjadi downgrade kemungkinan adalah Bank Irlandia (Inggris) plc, Co-Operative Bank plc, Coventry, Lloyds TSB Bank plc, Nationwide Building Society, Newcastle, Norwich & Peterborough, Nottingham, Bank NISP Tbk, Inggris Santander plc, Community Skipton Building, West Bromwich Community Building, Community Building Yorkshire.

Moody's pun telah mengubah pandangan atas utang senior Aa3 dan peringkat deposito Barclays Bank plc menjadi negatif dari stabil dan utang senior AA2 dan peringkat deposito HSBC Holdings plc dan HSBC Bank dengan outlook negatif (okezone).

Selasa, 10 Mei 2011

Market Outlook Pekan ini 9-14 May 2011

Data ekonomi global, pada pekan mendatang akan diwarnai data beberapa rilis ekonomi global. Yang penting di antaranya adalah pengumuman inflasi di China dan Amerika serta pengumuman BI Rate dari Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diperkirakan bertahan di level 6.75%. Secara umum, agenda rilis data ekonomi yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
  • Dari kawasan Amerika: berupa rilis data Trade Balance pada Rabu malam; lalu data Core Retail Sales, PPI serta data tenaga kerja Unemployment Claims mingguan yang biasa menjadi perhatian pasar dirilis pada Kamis malam; dan kemudian data inflasi CPI serta Prelim UoM Consumer Sentiment pada Jumat malam.
  • Dari kawasan Inggris dan Eropa: berupa rilis Manufacturing Production Inggris pada Kamis sore.
  • Dari China dan Indonesia: berupa pengumuman inflasi CPI China pada Selasa pagi serta pengumuman Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) tentang BI rate pada Kamis siang yang diperkirakan bertahan pada level 6.75%.
Minggu lalu di pasar forex, nilai tukar mata uang dollar berbalik rebound cukup tajam di akhir minggu setelah data tenaga kerja yang terakhir cukup baik dan melorotnya harga komoditas, sementara euro terpukul oleh indikasi dari president ECB Trichet bahwa ECB belum akan menaikkan bunganya dalam waktu dekat. Index dollar terpantau sempat anjlok di level 72.720 dan kemudian menguat ke level 74.910. Pekan yang lalu euro anjlok hampir 650 points dalam 2 hari dengan berakhir di level 1.4356.

Poundsterling minggu lalu juga tertekan dengan penguatan dollar dan berakhir di level 1.6397. Untuk minggu ini, level resistance terdekat menjadi pada 1.6735 dan kemudian 1.6878, sedang support berada pada 1.6118 dan kemudian 1.5932. Untuk USDJPY secara umum minggu lalu bergerak melemah dan ditutup di 80.55 tertahan dengan penguatan kembali USD.


Untuk pasar di stock index futures, pada minggu lalu di regional Asia umumnya melemah, seperti di Hong Kong dan Korea oleh kekuatiran pasar akan pelambatan ekonomi global. Indeks Nikkei minggu lalu tertekan walau agak terbatas, berakhir di 9795. Rentang pasar saat ini antara level resistance di 10300 dan kemudian ke level 10,875, serta support pada level 9360 dan lalu 8370. Sementara itu, Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong minggu lalu tergelincir, ditutup di level 22969. Minggu ini akan berada dalam range level resistance di 23785 dan berikutnya 24475, sementara support-nya di 22098.


Bursa saham Wall Street minggu lalu terkoreksi cukup tajam akibat jatuhnya saham-saham yang terkait komoditas dan energy –walau rebound di hari terakhir pasar-- yang membawa Index S&P500 mengalami koreksi terbesar sejak Maret lalu. Dow Jones Industrial berakhir di level 12638.7 dan akan mungkin menuju resistance terdekat pada 12876 dan kemudian 13135, sementara support di level 12444 dan kemudian pada 12092. Index S&P 500 minggu lalu terkoreksi, sehingga market range saat ini antara resistance di level 1370 dan 1404, sementara level support berada di 1294 dan 1250.


Untuk pasar emas, minggu lalu sangat fluktuatif dimana sempat mencetak rekor tertinggi baru sepanjang sejarahnya di level $1574 per tory once, lalu terkoreksi tajam sampai ke level $1462, untuk kemudian berakhir di $1490.75 per troy ounce. Volatilitas pasar kali ini dipengaruhi naik turunnya US dollar. Di Indonesia sendiri, harga emas bak “roller coaster” dengan menanjak tajam cetak rekor di Rp433 ribu per gram lalu anjlok sampai Rp402 ribu, dan berakhir pada Rp411,200.


Dinamika, atau bagi sebagian lainnya gejolak, dari pasar investasi semakin fluktuatif belakangan ini. Semakin jelas bahwa koreksi pasar memang ada. Rebound atau reversal adalah bagian dari pergerakan pasar. Dalam situasi demikian ini, timing untuk masuk serta keluar pasar (market entry and exit) merupakan komponen kunci keberhasilan investasi. Terpeleset di sini maka keuntungan menjadi tipis atau kerugian membengkak.Untuk itulah disiplin dalam Risk Management sangatlah penting. Salam Monex.